“Jadi kalian alien atau apa?” Teriak
Nerissa hampir gila.
Mark
tak menjawab. Tapi tatapannya seperti memberi kesempatan pada Nick yang ada di
sebelahnya untuk bicara.
“Mark
benar, Kak. Kami bukan makhluk bumi sepertimu. Kami berasal dari Quilla, planet
di galaksi lain alam ini.” Nick mulai menjelaskan, “Kak Nerissa masih ingat
saat pertama kakak menemukanku di taman? Itu saat dimana aku kabur dari Quilla dan
tersesat di bumi.”
Nerissa
ternganga. Otaknya masih saja belum bisa mencerna apa yang dikatakan oleh Nick.
Memang mereka bertemu waktu itu di taman dan Nick bilang dia tak tahu harus
kemana. Karena kasihan Nerissa akhirnya meminta orangtuanya mengangkat Nick
sebagai anak mereka. Tapi ia tak pernah menyangka kalau Nick bukan makhluk bumi.
“Dan
kamu, Mark?” Nerissa memalingkan mukanya, menatap dengan bingung pada lelaki
yang telah mewarnai hari harinya belakangan ini.
“Maaf,
Nerissa. Aku mendekatimu hanya untuk menyelidiki kalau bocah yang ada di
rumahmu ini adalah benar Tuan Muda Nick. Dan ternyata memang benar.” Jelas Mark
tanpa menatap Nerissa, “Sesuai perintah Raja Quilla, aku harus segera membawa
Tuan Muda pulang agar tidak terjadi kehebohan di bumi.”
Setelah
berkata seperti itu, Mark segera menarik Nick berlari keluar. Nerissa yang
menyusulnya dibuat kaget bukan kepalang ketika melihat sebuah kapsul raksasa ada
di halaman rumahnya. Di badan kapsul terdapat tulisan Quilla SpaceAirCraft 007.
“Selamat
tinggal, Kak Nerissa. Terimakasih untuk semuanya. Aku pasti akan sangat
merindukanmu. Sampaikan salamku untuk Mama dan Papa ya?” Dengan berurai air mata
Nick pamit sambil memeluk Nerissa.
Nerissa
masih belum menangis. Ia terlalu shock
dengan semua kejadian ini. Matanya berpaling ke arah Mark, “Jadi kalian mau
pergi? Lalu bagaimana dengan kita, Mark?”
Mark
menghampirinya lalu memasukkan dengan paksa sebuah pil hijau ke mulut Nerissa.
“Ini
pil hilang ingatan. Telan saja, setelah itu kamu tidak akan ingat pernah
mengenalku dan Nick. Akan gawat kalau orang bumi tahu tentang keberadaan kami
dan Quilla.”
Nerissa
ingin menolak tapi terlambat pil itu sudah sampai di kerongkongannya. Ia
merasakan kepalanya berat dan pandangannya mulai kabur.
“Maaf.
Aku menyanyangimu.”
Itu
kalimat terakhir yang bisa ditangkap oleh telinga Nerissa. Setelah itu ia
merasakan dunianya gelap.
***
“Kadang
kala kita menyadari betapa berharganya seseorang adalah ketika ia sudah pergi.
Sudah berada jauh dari kita, sehingga baru terasa betapa sepinya hidup tanpa
dia. Apakah ada Sobat MagMa yang merasa demikian? Wah semoga ga ada ya. Nah
makanya mumpung masih ada kesempatan, yuk mulai kita perhatikan orang-orang di
sekeliling kita. Orang-orang yang sayang dan peduli ama kita. Sebisa mungkin
kita juga harus melakukan hal yang sama. Peduli dan menyanyangi mereka. Sebelum
mereka nanti pergi atau jauh dari kita. Nah biar lebih syahdu lagi Chelsea
bakal puterin satu lagu dari Avenged
Sevenfold – So Far Away. Tapi kalian jangan jauh-jauh ya dari Chelsea
Fotunnisa, karena PlayliStory : Setiap Lagu Mempunyai Kisahnya Sendiri masih
akan terus nemenin kamu tentunya hanya di 106,2 MagMa FM.”
0 komentar:
Posting Komentar